resensi buku

Judul Buku : Ketika Cinta Bertasbih

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit : Republika

Tahun : 2008

Editor : Anif Sirsaeba El Shirazy

Tebal Buku : 483

Cetakan ke- : 11

Jenis Kertas : Soft Cover

Sampul : Dominan Coklat dengan gambar Masjid

Harga Buku : Rp. 53.550;

Novel Ketika Cinta Bertasbih tergolong novel yang langka di Indonesia, terbukti dari penjualan yang meraih Best Sellernya. Novel yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy ini menjadi setetes embun penyejuk yang mengobati kehausan para pembaca Indonesia, yang haus akan bacaan yang memperkaya iman, dan dapat memotivasi diri.

Dalam novelnya ini Habiburrahman banyak menekankan pada berbagai macam sudut pandang, baik dalam segi agama, norma di masyarakat, norma sosial dan segi politik. Teori bahwa manusia telah banyak kehilangan akalnya dalam bertindak sesuai norma agama adalah salah satu alasan mengapa novel ini diterbitkan. Dalam novel ini tampak jelas sekali perbedaan antar mumin dengan hanya sekedar muslim saja. Aroma percintaan yang disjikan oleh pengarang, sangat mekenkan bahwa indahnya cinta adalah setelah resmi menjadi suami isteri yang sah. Definisi cinta yang sesungguhnya menjadi daya darik dari novel ini.

Tokoh Khairul Azzam dalam novel ini merupakan gambaran simbolik muslim sejati. Azzam aladah seseorang yang sangat idealis, mempunyai semangat yang tinggi untuk maju, berjiwa besar dan sangat patuh kepada hukum agama.

Salahlah bagi orang yang belum memiliki ikatan suami isteri, sudah berhubungan layaknya sepasang suami isteri. Era globalisasi yang mengharuskan seseorang menghalalkan segala cara. Pasalnya semua kezaliman yang kita lakukan akan dipertanyakan di akhirat nanti.

Bahasa yang digunakan pengarang merupakan bahasa yang sangat indah, yang tiap paragrafnya bisa dijadikan sebuah cerpen. Bahasa yang mendeskripsikan keadaan masyarakat di Mesir, dan seolah-olah kita dibawanya ke sana, melihat dan terlibat dalam cerita itu. Catatan kaki yang mempermudah definisi dari istilah-istilah islam yang digunakan.

Tema yang diambil oleh pengarang menjadi salah satu obat bagi kaum awam yang kurang mengerti akan hukum agama, terutama bagi para remaja yang sangat berpeluang tinggi melakukan kemaksiatan. Jalan cerita dimulai dari seorang pria bernama Khirul Azzam yang menjadi tokoh utama yang memulai studynya di Al-Azzar University, Cairo, Mesir. Seorang pemuda yang rela mengorbankan segalanya untuk keluarganya tercinta yang telah membuatnya menjadi seperti itu. Pengarang tampak berdiri pada posisi orang ke-tiga. Dwilogi Ketika cinta bertasbih tidak sekedar novel romantis, ini juga novel fikih yang ditulis dalam alur cerita yang tak mudah di tebak.

Habiburrahman El Shirazy adalah sarjana Al Azhar University Cairo. Founder dan Pengasuh Utama Pesantren Karya dan Wirausaha Basmala Indonesia, yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah. Ia dikenal secara nasional sebagai dai, novelis, dan penyair yang mampu menghidupkan cerita, alur cerita yang membuat membaca merasa tegang dan selalu menebak-nebak bagaimana cerita selanjutnya. Ia juga yang menerbitkan novel “Ayat-ayat Cinta”, yang menggambarkan perjuangan seorang pemuda yang sederhana yang mendapat fitnah. Sesuatu yang amat tidak disukai oleh Tuhan. Cara penyamapaian yang diberikan Habiburrahman dalam kedua novelnya ini tidak jauh berbeda.

Harganya yang cukup terjangkau dan bahasa yang mudah dimengerti menjadi keunggulan buku ini, pantasnya bahwa buku ini menjadi Best Seller, dan Habiburrahman sendiri kini telah menjadi penulis novel terbaik di Indonesia. Beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya, antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005, dan IBF Award 2006. Tak jarang ia diundang untuk berbicara di forum-forum nasional maupun internasional, baik dalam kapasitasnya sebagai dai, novelis, maupun penyair. Seperti di Cairo, Kuala lumpur, Hongkong, dan lain-lain.

Namun, dalam karyanya ini, pengarang terlalu menekankan pada segi percintaannya, bahasa yang berlebihan saat melukiskan keindahan, dan pendeskripsian saat telah menjadi sepasang suami isteri.

Terlepas dari retakan tersebut, buku ini telah menggebrak bagaimana seharusnya manusia berperilaku sehari-hari yang sesuai dengan norma agama, sosial dan norma di masyarakat. Mengajak untuk menyucikan jiwa, dwilogi Ketika Cinta Bertasbih ini menyadarkan apa makna prestasi yang sesungguhnya. Novel yang dasyat dan benar-benar berbeda dan mampu mendefinisikan arti cinta yang sebenarnya, “Cinta Sejati yang Tidak Menyakitkan, tetapi Menyembuhkan”.

 

posted by bahasa dan sastra indonesia on 09.55

0 komentar:

Search