bisikan sang angin

Aku adalah angin yang hanya berhembus. Tapi karena berhembus tadi aku dapat melihat-lihat dunia. Namun sekarang keadaan bumi tempat aku biasa terhembus sudah berbeda. Dahulu jika aku berjalan-jalan, aku akan melihat hijaunya pepohonan. Hijaunya padang rumput yang luas dengan beberapa gembala dan ternak mereka. Segarnya air sungai dengan beberapa anak kecil yang gembira bermain air sedangkan Ibu mereka tengah mencuci pakaian tak jauh dari tempat mereka bermain. Dahulu aku dapat terbang bersama para burung maupun capung-capung kecil diatas persawahan. Akupun dapat sesekali bertegur sapa dengan para ikan-ikan di lautan biru. Dan aku juga dapat bercengkrama dengan para hewan-hewan di hutan sambil membantu beberapa bunga melakukan penyerbukan. Aku senang jika mengingat masa itu. Dan akupun senang dapat membantu dan bertegur sapa dengan mereka, walaupun hanya sesekali.

Aku adalah angin. Kini aku sedih jika aku berjalan-jalan ketika aku sedang terhembus. Kini pemandangan hijau itu telah berubah gersang. Pepohonan menghilang, padang rumput berubah menjadi tambang, air sungai berubah hitam, persawahan hijau berubah menjadi pemukiman dan industri, lautan sudah tercemar, hutan-hutan menjadi gersang dan begitu banyak lagi kondisi bumi yang sudah sangat memprihatinkan. Aku tak dapat lagi melihat wajah bocah-bocah kecil yang tertawa riang. Aku tak dapat lagi memberikan sedikit hembusanku untuk sang gembala. Aku tak dapat lagi terbang bersama capung-capung dan bertegur sapa dengan para ikan. Akupun tak dapat lagi membantu para bunga hutan untuk melakukan penyerbukan karena mereka menghilang entah kemana. Dan kini akupun tak dapat dengan leluasa berhembus di langit karena ada asap tebal berwarna hitam yang mengepul di sekitar atmosfer diseluruh dunia.

Aku hanyalah angin yang hanya dapat berjalan jika terhembus dan dihembuskan. Akupun merasa sangat sedih dengan apa yang telah terjadi dengan bumi. Aku merasa kasihan kepada bumi, dan teman-temanku yang lain yang tinggal diatas bumi. Kini bumi telah berubah menjadi tempat yang sangat panas. Aku menengar dari cerita teman-temanku yang masih dapat bertahan di bumi bahwa itu semua karena ulah manusia yang gemar merusak dan enggan merawat dan menjaga alam dan lingkungannya. Suatu ketika bumi akan marah dan terjadi bencana para manusia itu tersadar namun ketika bumi telah reda amarahnya, mereka akan berulah kembali. Kini aku mengerti kenapa bumi berubah menjadi tempat yang panas dan teman-temanku menghilang entah kemana.

Namun aku hanyalah angin. Apa yang dapat kuperbuat sedangkan aku hanya bisa berhembus dan berhembus.

Aku hanyalah angin. Aku merasa sedih dengan keadaan bumi yang sekarang. Aku sedih tak dapat berbuat banyak bagi bumi karena aku hanyalah angin. Namun aku ingin teman-temanku dapat melakukan sesuatu untuk bumi agar bumi kembali menjadi tempat yang nyaman bagi kita semua.

Aku hanyalah angin. Teman-teman dengarlah bisikkanku ketika aku sedang berhembus ditelingamu.

Aku adalah angin yang hanya dapat mengingatkan engkau untuk menjaga, merawat, melestarikan, dan mengembalikan keadaan bumi menjadi tempat yang sejuk dan nyaman. Jangan lagi siksa bumi karena dia bisa sewaktu-waktu marah.

Aku hanyalah angin dan aku hanya dapat mengajak teman-teman untuk menjaga bumi kita karena tak ada lagi yang dapat ku lakukan karena aku, hanyalah angin.

 

posted by bahasa dan sastra indonesia on 08.53

0 komentar:

Search